Adegan ikonik Pete Dunham saat menonton sepak bola dan memakai jaket Stone Island dalam film Green Streets Hooligans. Sumber: spotern.com

MOREART-MOREIT – Morpips tahu nggak sih merek pakaian bernama Stone Island? Stone Island merupakan sebuah merek fashion asal Italia. Lebih dari itu, merek ini sering dipakai oleh suporter sepak bola Inggris yang kini budayanya juga diadopsi oleh suporter sepak bola tanah air.

Keunikan utama Stone Island terletak pada penggunaan bahan-bahan teknis seperti nylon logam dan serat tinggi yang memberikan tampilan futuristik yang khas. Proses dyeing yang mereka terapkan juga memberikan warna yang dalam dan khas.

Sejarah kemunculan Stone Island, anak dari brand C.P. Company!

Sejarah Stone Island bermula dari kota kecil di sisi utara Italia, Kota Ravarino. Berawal dari eksperimen Massimo Osti, fashion designer yang juga owner dari merek pakaian C.P. Company, untuk menciptakan pakaian yang tahan lama namun tetap fungsional. Pakaian tersebut dirancang dengan karakter yang mirip dengan pakaian militer.

Dikutip dari kompasiana.com, percobaan yang dilakukannya itu pada akhirnya menemukan ketidakcocokan dengan brand yang dimilikinya pada saat itu. Oleh karenanya, pada tahun 1982 Osti memutuskan untuk membuat brand baru yang dinamakan Stone Island.

Nama Stone Island sendiri diambil dari kata yang sering muncul di novel karya Joseph Conrad, salah satu penulis favorit sang owner. Pada awalnya Stone Island merilis produk pertama mereka berupa tujuh pakaian dengan nama tela stella, sesuai dengan nama bahan yang digunakan. Menariknya, tujuh produk tersebut terjual habis dalam waktu yang cukup cepat.

produk stone island

Salah satu produk Stone Island. Sumber: stoneisland.com

Sejak rilisan pertama itu, Stone Island mulai dikenal oleh para penggemar brand premium di Italia, salah satunya adalah seorang marketing director dari Gruppo Finanziario Tessile (GFT) bernama Carlo Rivetti. Karena ketertarikan Rivetti, melalui GFT akhirnya ia memutuskan untuk membeli 50% saham Stone Island.

Pada tahun 1993, Carlo Rivetti bersama saudara perempuannya Cristina, memutuskan untuk keluar dari GFT dan mengakuisisi Stone Island. Akan tetapi, selang dua tahun, pendiri sekaligus otak dari Stone Island Massimo Osti keluar dari Stone Island.

Akhirnya, pada tahun 1995 Paul Harvey, seorang penggiat pakaian yang berbahan metal di Italia, dipercaya untuk mengganti Massimo Osti. Tak berselang lama, Harvey kemudian melakukan eksperimen dengan penggunaan bahan kevlar pada Stone Island dan terciptalah kain Nylon Metal dan Tank Shield.

Lama bersama Stone Island, pada tahun 2008, Paul Harvey memutuskan untuk keluar dari Stone Island. Sejak saat itu Stone Island selalu melakukan kolaborasi dengan berbagai brand dan desainer muda yang ada.

Lalu apa hubungan Stone Island dengan kultur sepak bola Inggris?

Mungkin beberapa dari Morpips pernah melihat foto suporter sepak bola yang mengenakan jaket dengan badge persegi panjang di samping. Itu merupakan salah satu ciri dari brand Stone Island. Kalo Morpips belum tahu, bisa juga untuk coba menonton film berjudul “Green Street Hooligans”.

Stone Island menjadi ikon fashion bagi banyak suporter tim sepak bola di Inggris, diantaranya yang berasal dari kota-kota industri seperti Manchester, Liverpool, dan London. Stone Island sering kali dipakai oleh suporter yang menghadiri pertandingan.

Pakaian tanpa atribut klub semacam itu sengaja digunakan untuk mengelabui atau mencegah polisi agar sulit mengenali mereka. Hal tersebut dilakukan karena mereka terkenal sebagai suporter yang sering berkelahi dan membuat onar.

Baca juga: Artikel Adidas Bali, Sepatu Retro dari Adidas yang Pakai Nama Pulau di Indonesia.