Lukisan Karya Raden Saleh penangkapan Diponegoro, sumber: wikipedia.org
MOREART-MOREIT – Momen penangkapan Pangeran Diponegoro sukses diabadikan sebagai momen bersejarah dalam lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman.
Lukisan yang menunjukan momen dimana Pangeran Diponegoro ditangkap oleh pasukan Belanda di bawah komando Letnan Jenderal Hendrik Mercus de Kock pada tanggal 20 Maret 1830 itu masih terus menjadi perdebatan dan kontroversi dalam dunia seni rupa.
Dibalik ketenaran lukisan ini, apa sebenarnya yang membuat lukisan ini begitu terkenal? Lukisan karya Raden Saleh yang kaya akan unsur keindahan di setiap goresannya ini, juga memiliki makna mendalam di dalamnya.
Lukisan ini dijadikan sebagai salah satu karya monumental bersejarah yang menjadi simbol perlawanan bangsa Indonesia terhadap kekuasaan kolonial. Melalui karya lukisannya, Raden Saleh sukses mengambil momen penting dalam sejarah bangsa serta menciptakan sebuah pemaknaan visual yang mendalam dan menggugah.
Lukisan penangkapan Diponegoro karya Nicolas Pieneman, sumber: Wikipedia.org
Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro sekaligus menandakan berakhirnya Perang Diponegoro atau Perang Jawa yang berlangsung sejak 1825. Dari peristiwa itu, pada tahun 1835 Pieneman ditugaskan Pemerintah Belanda untuk mendokumentasikan momen penangkapan Pangeran Diponegoro tersebut.
Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro ini sebenarnya telah diabadikan lebih dulu oleh pelukis Belanda bernama Nicolaas Pieneman. Akan tetapi lukisan Pieneman itu memiliki sudut pandang berbeda dengan lukisan lain karya Raden Saleh.
Dalam lukisan hasil karya Pieneman tersebut menunjukan Pangeran Diponegoro mengenakan baju putih Panjang dengan turban hijau dan dikelilingi oleh rakyat pendukungnya. Kepalanya digambarkan menghadap ke depan dan tangan kiri terbuka seolah menunjukan sikap pasrah.
Berbeda dengan lukisan ala Raden Saleh yang menunjukan sosok Pangeran Diponegoro yang berdiri tegak dengan kepala mendongak ke atas. Seolah menunjukkan sikap tegar dan berani dengan menggunakan pakaian putih serta sorban hijau ketika penangkapan berlangsung.
Perbedaan sudut pandang antar dua seniman ini secara tidak langsung memperlihatkan kepada kita tentang pemaknaan yang berbeda dalam sejarah tergantung dari mana sudut pandang tersebut diambil.
Meskipun memiliki perbedaan sudut pandang, dua seniman ini memberikan pemaknaan mendalam dan kekayaan tetang bagaimana memahami perjuangan bagsa Indonesia dalam menentang penjajahan.
Raden Saleh memulai proses pembuatan lukisan ini pada tahun 1856 yang kemudian diselesaikan pada tahun berikutnya. Pada tahun yang sama setelah menyelesaikan lukisannya, Raden Saleh mengabarkan karyanya kepada temannya di Jerman, Duke Ernst ll dengan sebuah kalimat “Ein historisches Tableau, die Gefangennahme des javanischen Häuptings Diepo Negoro” yang memiliki arti “Lukisan bersejarah tentang penangkapan seorang pemimpin Jawa Diponegoro”.
Raden Saleh sempat memberikan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro ini kepada Raja Willem lll sebagai tanda terimakasih terhadap Pemerintah Belanda karena telah membiayai pendidikannya di Eropa selama 20 tahun.
Lukisan ini akhirnya disimpan di Istana Het Loo, Den Haag, Belanda yang pada akhirnya dikembalikan kepada Pemerintah Indonesia pada tahun 1978. Saat ini lukisan karya Raden Saleh tersebut dikelola oleh Kementerian Kesekretariatan Negara dan dipajang di Istana Kepresidenan Yogyakarta.