Festival Budaya di Kampung Budaya Polowijen: Rayakan Sewindu dan Hari Tari Internasional

festival budaya kampung polowijen
Potret Festival Budaya Polowijen (Sumber: Vanny, Moreartmorit)

MALANG, MOREARTMOREIT – Di tengah semarak budaya Kota Malang, Kampung Budaya Polowijen merayakan ulang tahun ke-8 dengan menggelar Festival Budaya. Pada Sabtu (26/4/2025), irama tari dan semangat pelestarian budaya berpadu, memperingati sewindu berdirinya kampung budaya ini sekaligus menyambut Hari Tari Internasional.

Festival berlangsung di kawasan Kampung Budaya Polowijen. Acara ini menghadirkan lomba tari berbagai kategori, arak-arakan budaya, serta penghormatan kepada Mpu Topeng, tokoh penting dalam seni tari topeng Malangan.

Kegiatan mulai dari pukul 08.00 WIB dengan lomba Tari Topeng Grebeg Sabrang kategori A. Selanjutnya, Gejug Gongseng tampil pada pukul 11.00 hingga 12.00 WIB. Setelah itu, lomba Tari Topeng kategori B digelar untuk melanjutkan kemeriahan acara.

Adapun puncak festival berlangsung pada sore hari. Arak-arakan budaya menuju makam Mpu Topeng menjadi penanda sekaligus wujud penghormatan serta rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bagian dari Perayaan HUT Kota Malang ke-111

Penanggung jawab acara, Isa Wahyudi atau Ki Demang, menjelaskan bahwa festival ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Ulang Tahun Kota Malang ke-111. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga memperingati sewindu berdirinya Kampung Budaya Polowijen dan menyambut Hari Tari Internasional pada 29 April mendatang.

“Acara ini kami gelar bertepatan dengan HUT Kota Malang ke-111, peringatan sewindu Kampung Budaya Polowijen, dan Hari Tari Internasional,” ujar Ki Demang.

Antusiasme Masyarakat dan Upaya Pelestarian Budaya

 

Potret Festival Budaya Polowijen (Sumber: Vanny, Moreartmorit)

Lebih lanjut, Ki Demang mengungkapkan kebanggaannya atas antusiasme masyarakat yang tinggi. Sekitar 100 penari dan 20 anak pemain bantengan turut memeriahkan festival, sehingga suasana menjadi semakin semarak.

“Ini menjadi ajang untuk mempererat seduluran sekaligus upaya melestarikan budaya asli Kota Malang,” tambahnya.

Baca Juga: AMBIENT IS SHIT’: MENGHADIRKAN AMBIENT YANG PENUH DISONANSI

Selain mempersembahkan Tari Topeng Malangan, festival ini juga menampilkan kesenian tradisional lain seperti Jaranan dan Bantengan. Dengan demikian, ragam budaya yang dipertunjukkan semakin memperkaya acara dan memberikan hiburan kepada masyarakat.

Meneguhkan Kampung Budaya Polowijen sebagai Pusat Pelestarian Seni

Melalui festival ini, Kampung Budaya Polowijen kembali menegaskan perannya sebagai pusat pelestarian seni tradisional. Meskipun arus modernisasi terus berkembang, kawasan ini tetap konsisten menjaga identitas budaya lokal. Oleh karena itu, Kampung Budaya Polowijen pantas disebut sebagai ikon penting dalam dunia kesenian dan budaya di Kota Malang.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *