Industri Kreatif Merajalela, Sekolah Desain Makin Sia-Sia?

Sekolah desain membuat desain grafis memiliki personal branding
MOREART-MOREIT– Sekolah merupakan lembaga untuk belajar dan mengajar serta menerima dan memberi ilmu tertentu. Namun, di zaman sekarang menuntut ilmu tidak diharuskan di sekolah. Melalui platform digital semua orang bisa belajar tentang ilmu yang diinginkan. Hal tersebut membuat sebagian orang berpendapat jika sekolah hanyalah formalitas belaka.
Industri kreatif di Indonesia sedang mengalami transformasi besar. Di era digital saat ini, industri kreatif menjadi salah satu favorit pekerjaan untuk generasi saat ini. Pasalnya, di media sosial konten kreator beramai-ramai menyuarakan industri kreatif itu seru. Namun, dibalik serunya dunia kreatif kita diharuskan untuk terus memunculkan ide kreatif dan berinovasi.
Dukungan Dunia Pendidikan untuk Industri Kreatif
Dilansir dari kemdikbud.go.id, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen mendukung pengembangan industri kreatif di Indonesia. Kemendikbudristek juga dituntut untuk melahirkan lebih dari 10 juta talenta digital yang nantinya dipersiapkan untuk mendukung industri kreatif.
Dukungan dari Kemendikbudristek membuat satuan-satuan pendidikan beradaptasi dengan bidang berbagai keilmuan di bidang kreatif. Tidak heran jika pembimbing akademik dituntut belajar mengenai industri kreatif untuk mendorong industri kreatif di berbagai bidang dan melahirkan talenta di bidang kreatif.
Dukungan pendidikan untuk dunia kreatif sangat totalitas. Namun, generasi sekarang tidak sama dengan generasi sebelumnya. Sekolah bagi generasi saat ini hanyalah formalitas, pasalnya mereka enggan bersekolah karena tuntutan orang tua yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Generasi sekarang bisa terpengaruh dengan dampak negatif dari perkembangan teknologi saat ini. Dalam hal ini mereka selalu hidup beriringan dengan gadget. Hal tersebut membuktikan bahwa mereka tertarik mempelajari tentang apa yang mereka suka melalui genggaman.
Di Kota Malang, ada beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berkaitan dengan dunia kreatif. Salah satunya adalah SMKN 4 Malang atau lebih dikenal dengan GRAFIKA. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang memiliki ahli keilmuan teknik grafika, teknik grafika ini meliputi desain dan produksi grafika.
Dengan berkembangnya industri kreatif sekolah ini tidak bisa dipandang sebelah mata dikarenakan mereka menghasilkan siswa-siswa yang sangat berkompeten. Dalam menghasilkan talenta-talenta yang berkompeten mereka berhasil bekerja sama dengan beberapa industri kreatif di seluruh Indonesia.
Dalam menghasilkan talenta yang baik tidak semudah yang dibayangkan. Pembimbing akademik memulai dari nol dikarenakan saat ini sudah memasuki era digital.
“Dulu mas ,sebagai pengajar saya yang tahu duluan soal perkembangan desain, tapi sekarang informasinya cepet mas, kadang ada murid yang tahu duluan soal perkembangan desain, jadi kita sebagai pengajar harus menggali lebih dalam lagi soal desain di era sekarang,” ujar Eka sebagai pengajar di SMKN 4 Malang.
Sekolah Desain Sia-Sia?
Ibarat dua sisi logam ditengah disrupsi besar ini. Sekolah kejuruan membagi orang ke dalam dua golongan, sebagian orang berpendapat kejuruan tidak harus diperoleh dari bangku sekolah. Ilmu Desain bisa saja didapat secara otodidak melewati platform digital.
Beberapa desainer grafis menganggap bahwa perkembangan teknologi merupakan keuntungan. Wahyu, deiginer grafis otodidak mengaku bahwa dirinya belajar melalui media sosial,web dan juga platform digital lainnya.
“Asalkan punya kemauan buat belajar aja kita bisa berkembang dalam bidang desain grafis tanpa duduk dibangku sekolah,” ujar Wahyu selaku pegiat kreatif secara otodidak.
Di sisi lain, kebutuhan masyarakat baik masyarakat lokal maupun internasional terhadap layanan jasa desain visual bertambah. Darwisy seorang designer mengatakan, “Sekolah kejuruan dalam dunia kreatif sangat penting selain belajar dan mendalami tentang bidang tersebut kita juga mendapatkan pengalaman yang nantinya sebagai Designer kita bisa dikatakan profesional dengan mencantumkan riwayat pendidikan kita untuk menyakinkan klien,” katanya.
Designer lain, Samuel, seorang Mahasiswa DKV menambahkan, “Sekolah desain itu penting mas, memang kita bisa memperoleh ilmu desain dari platform digital, tapi kalo kita bersekolah desain kita bisa menguasai ilmu itu secara general. Contoh gini mas, ada orang yang gak sekolah desain tapi dia fokus banget sama bidang itu, nah orang itu bisa jadi expert dalam satu bidang itu aja mas. Tapi kalo kita sekolah desain kita bisa jadi profesional di bidang bidang lain kaya ilustrasi dan motion graphic,” ujarnya dalam wawancara bersama moreart-moreit.
Tidak mendapat pendidikan keilmuan khusus bukanlah suatu permasalahan di industri kreatif. Desainer otodidak juga berpeluang menjadi specialist di salah satu bidang yang mereka tekuni. Menurut salah seorang desainer lain, Darwisy mengatakan, “Bukannya sia-sia tapi bisa menjadikan para desainer otodidak ini cerminan semangat saya agar lebih giat lagi,” ujarnya
“Semua orang bisa jadi spesialis di bidang mereka masing-masing tapi jika kita mendapatkan pendidikan keilmuan di bidang tersebut melalui akademik kita bakal jadi spesialis diatas spesialis” Ungkap Samuel.i.

Musuh masa depan para desainer grafis
Sekali Klik Sekolah Desain Sia-Sia
Adanya AI menjadikan babak baru bagi semua desainer. Mereka tidak lagi bersaing dengan sesama manusia, namun mereka bersaing dengan robot. Dengan sekali klik di komputer seorang awam bisa membuat desain yang sesuai keinginan mereka. Ini merupakan tantangan yang besar bagi seorang desainer apakah mereka bergantung pada AI menggunakan bekal sekolah desain mereka.
Sebagian desainer terbantu dengan adanya AI dikarenakan mereka dapat memangkas waktu untuk mengerjakan desain. “Kalo masalah AI itu bukan pesaing sih mas tapi kadang ngebantu juga saat ngerjain proyek desain kaya cari referensi gambar sama cari-cari background,” ujar Wahyu lagi.
Hal tersebut sangat berseberangan dengan Samuel yang dimana AI merupakan pesaing bagi seorang desainer. Sekolah desain yang bisa terbilang mahal akan kalah dengan orang awam yang dengan sekali klik bisa menampilkan desain yang serupa.
“Seorang desainer ini kan yang dijual jasanya kan mas, terus sekarang muncul Artificial Intelligence yang sekali klik langsung mirip kaya project saya, tapi ga usah merasa takut sih mas karena karya menggunakan AI gaada human interestnya jadi ya bagus tapi gaada cerita dari karyanya itu,” ujar Samuel.
Perkembangan zaman yang sangat cepat membuat semua orang bertanya-tanya. “Apakah sekolahku sia-sia ya?” Namun, dalam dunia industri apapun sekolah kejuruan bukanlah hal yang sia-sia. Di sekolah desain mereka bisa mendapatkan personal branding yang kuat dibanding yang belajar secara otodidak. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi desainer yang belajar otodidak menjadi seorang spesialis di bidang yang ditekuni.