Kain Tenun Desa Sade, dari Lombok untuk Dunia!

Proses pembuatan kain tenun dari Desa Sade.
MOREART-MOREIT – Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) nyatanya tidak hanya menyimpan keindahan alam saja, tetapi juga memiliki kekayaan budaya. Salah satu yang terkenal dan mendunia adalah kain tenun dari Desa Sade.
Desa Sade sangat lekat dengan budaya menenun yang diwariskan oleh leluhurnya. Banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung, membuat kain tenun yang dihasilkan dibuat oleh suku Sasak di desa ini sudah dikenal hingga luar negeri.
Desa Sade merupakan salah satu desa penghasil kain tenun terbaik di Lombok. Di desa ini diproduksi dua jenis kain tenun, yaitu kain tenun ikat dan songket. Kain tenun ikat adalah tenunan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki, sedangkan kain tenun songket dikerjakan oleh perempuan.
Kain tenun yang dibuat di Desa Sade biasanya terbuat dari benang emas atau perak yang ditenun bersamaan dengan benang katun atau sutra sehingga menghasilkan sebuah kain tenun yang sangat indah dan dengan kualitas terbaik.
Tidak hanya kain tenun, Sade juga menjadi tempat pembuatan souvenir seperti gelang dan kalung yang tentu terbuat dari benang yang sama yang digunakan untuk menenun.
Desa yang terletak di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat ini dihuni oleh 150 keluarga yang berisi 700 jiwa. Semua penduduknya masih satu ras, mayoritas mata pencaharian penduduk desa adalah bertani dan menenun.
Desa Sade merupakan desa adat suku Sasak yang masih mempertahankan adat dalam kehidupan kesehariannya. Adat dan budaya dari suku Sasak menjadi daya tarik untuk wisatawan baik dari dalam maupun luar negri. Desa Sade menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib Morpips kunjungi saat berlibur ke Lombok karena suku Sasak sendiri sudah memiliki sejarah yang berlangsung kurang lebih 1.500 tahun lalu.
Keunikan Kain Tenun Desa Sade
Di Desa Sade para penenun masih mempertahankan alat tradisional untuk membuat sebuah kain tenun. Hal ini dilakukan karena masyarakat Desa Sade ingin mempertahankan adat dan budaya menenun yang sudah dilakukan secara turun temurun sejak dulu. Maka tak heran di Desa Sade banyak terlihat anak-anak kecil sudah bisa menenun karena budaya ini sudah diajarkan sejak dini oleh masyarakat Sade.
Proses menenun di Desa Sade dilakukan dengan cara yang masih sangat tradisional. Mulai dari memintal kapas menjadi benang lalu kemudian diberi warna menggunakan pewarna alami, selanjutnya mulai ditenun menggunakan alat manual yang dibuat dari kayu dan bambu. Untuk pengerjaan kain tenun songket sepanjang dua meter bisa memakan waktu dua minggu hingga tiga bulan tergantung tingkat kerumitan motif yang dibuat.
Menurut pemandu wisata Desa Sade, bagi masyarakat Sasak terutama seorang perempuan, “Wajib hukumnya untuk bisa menenun. Hal ini menjadi sebuah tolak ukur kedewasaan perempuan Sasak, bahkan bagi masyarakat Sasak yang masih memegang erat adat istiadatnya perempuan belum boleh menikah sebelum bisa menenun.” ungkap Farhan, pemandu wisata.

kewajiban perempuan di Desa Sade yaitu memiliki ketrampilan menenun
Pada awalnya motif tenun di Desa Sade hanya memiliki garis lurik, tetapi seiring berkembangnya zaman kini motif yang dibuat sudah banyak beragam.
Masyarakat disana percaya bahwa setiap motif kain tenun memiliki arti simbolik yang berbeda berdasarkan kepercayaan masyarakat.
Di Desa Sade selain membeli kain tenun pengunjung juga bisa melihat langsung proses menenun yang dilakukan langsung oleh masyarakat Sade. Termasuk dapat mencoba menenun secara langsung dan memakai pakaian adat khas suku Sasak untuk sekedar mengabadikan momen di Desa Sade.
Untuk harga dari kain tenun dari Desa Sade tergolong variatif mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah tergantung motif, tingkat kesulitan, dan bahan yang digunakan.
Dengan memperhatikan setiap helai kain yang ditenun, tidak sekedar tenunan benang. Tetapi juga merupakan tenunan cerita, tradisi, dan masa depan yang cerah bagi generasi mendatang. Kain tenun Desa Sade benar-benar dari Lombok untuk dunia.