Makna Lagu “Mangu” Fourtwnty: Cinta Tak Harus Bersatu Jika Keyakinan Tak Lagi Satu

lagu mangu
Sumber Foto: radarsemarang.jawapos.com

MALANG, MOREARTMOREIT – Fourtwnty kembali mencuri perhatian para penikmat musik Indonesia melalui rilisan terbarunya berjudul “Mangu”. Lagu yang berkolaborasi dengan Charita Utami ini berhasil menjadi trending di berbagai platform digital seperti Spotify dan YouTube. 

Namun, di balik alunan musiknya yang melankolis, “Mangu” menyimpan makna mendalam tentang cinta, keyakinan, dan perpisahan.

Arti Kata “Mangu”: Termenung dalam Pilu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata mangu berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti tenggelam dalam pikiran atau tepekur. Dalam konteks bahasa Jawa, “mangu” juga dapat dimaknai sebagai kondisi termenung karena sedih, bingung, atau kecewa.

Makna tersebut tercermin kuat dalam keseluruhan atmosfer lagu ini. Sejak nada pertama mulai, terdapat ajakan pendengar untuk masuk ke ruang batin penuh renungan dan kesedihan. Namun “Mangu” bukan sekadar judul, melainkan representasi emosional dari kisah yang coba disampaikan.

Lirik yang Menyuarakan Realitas Perbedaan

Dalam sebuah penampilan panggung, vokalis Fourtwnty, Ari Lesmana, menyinggung bahwa lirik paling penting dalam lagu ini adalah:

“Jangan salahkan faham ku kini, tertuju oooo…
Siapa yang tau, siapa yang mau, kau di sana, aku di seberang mu.
Cerita kita sulit dicerna, tak lagi sama cara berdoa.
Cerita kita sulit diterka, tak lagi sama arah kiblatnya.”

Lirik tersebut menggambarkan dua insan yang saling mencintai, namun harus berpisah karena perbedaan prinsip hidup yang tidak bisa dipaksakan. Cinta mereka bukan pudar, hanya tidak lagi sejalan.

Lagu ‘Mangu’ Terinspirasi dari Kisah Nyata

Sumber Foto: tirto.id

Ari Lesmana mengungkapkan bahwa lagu “Mangu” terinspirasi dari kisah sahabatnya di Solo, yang harus mengakhiri hubungan karena perbedaan keyakinan. Mereka mencintai satu sama lain, namun tidak memiliki jalan untuk bersatu tanpa mengorbankan nilai-nilai hidup yang mereka yakini masing-masing.

Cerita tersebut menjadi refleksi bahwa tidak semua cinta bisa kamu menangkan. Kadang, cinta justru tumbuh dengan melepaskan, bukan menggenggam.

Resonansi Emosional bagi Pendengar Muda Lagu ‘Mangu’

Lagu ini juga mendapat sambutan hangat, terutama dari kalangan milenial dan Gen Z, yang menjadi basis pendengar setia Fourtwnty. Dan juga banyak dari mereka yang membagikan pengalaman pribadi melalui media sosial, merasa bahwa “Mangu” menjadi cermin dari luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.

Namun melodi melankolis dan lirik puitis membuat lagu ini terasa dekat secara emosional, menjadikannya lebih dari sekadar lagu galau—“Mangu” adalah ajakan untuk kontemplasi.

Menerima Perpisahan sebagai Wujud Cinta

“Mangu” bukan hanya tentang kesedihan, tetapi juga tentang penerimaan. Lagu ini menyampaikan pesan bahwa tidak semua cinta harus berakhir dengan kebersamaan. Ada kalanya, cinta yang paling tulus justru tertujukan dengan merelakan orang yang kita sayangi menjalani hidup sesuai keyakinannya—meskipun itu berarti tanpa kita.

Baca Juga: 5 Band Lokal yang Turut Meramaikan Tren Blokecore

Fourtwnty mengajak kita untuk “mangu”—merenung sejenak, menerima kenyataan, dan memahami bahwa dalam hidup, tidak semua hal bisa kita paksakan. Dan itu tidak apa-apa.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *