Mediocre Klub dan “Shit Happens Everyday”: Saat Egg Punk Jadi Obat Waras dari Kekacauan Hidup

Mediocre Klub
Sumber Foto: Instagram @mediocreklub

MALANG, MOREARTMOREIT – Di tengah dunia yang sibuk mengejar kesempurnaan, empat anak muda dari Surakarta memilih merayakan kekacauan. Mereka membentuk Mediocre Klub kuartet egg punk yang meramu musik receh, sarkasme, dan keresahan hidup urban menjadi karya seni yang jujur dan nyeleneh.

Terbentuk dari Obrolan Receh dan Keresahan yang Nyata

Mediocre Klub resmi Terbentuk pada 2024, yang beranggotakan Gense Nara (drum), Russel (bass dan vokal), Arma (gitar), dan Paul (gitar dan vokal). Latar belakang mereka beragam: kuliah, bekerja, hingga berkesenian. Namun yang menyatukan justru obrolan receh yang menyelinap jadi refleksi eksistensial.

Lewat EP perdana bertajuk “Shit Happens Everyday”, mereka menyuarakan kepenatan kolektif terhadap sistem sosial yang serba menekan. Lima lagu dalam durasi singkat 8 menit 55 detik ini menjadi semacam napas baru bagi mereka dan mungkin juga untuk pendengarnya.

 Judul-judul seperti “I’m Actually Upset With You, but That’s OK”, “CMYK”, hingga “Tiny Tiger” terdengar jenaka, tapi menyimpan kegetiran.

Musik Receh, Tapi Niat dan Penuh Tekad

Gaya musik Mediocre Klub mengusung egg punk dan garage punk dengan sentuhan lo-fi yang sengaja dibuat kasar. Mereka mengambil inspirasi dari band-band seperti Prison Affair, Research Reactor Corporation, dan Gee Tee. Bahkan, nuansa vokalnya mengingatkan pada gebrakan liar ala Bad Brains.

Dengan efek chorus yang terdengar ‘murahan’, beat cepat, dan permainan gitar apa adanya, mereka justru menemukan kekuatan. Di sinilah nilai artistiknya terasa, bahwa seni sebagai bentuk perlawanan dari keterbatasan. Mereka tidak mencoba tampil sempurna, tapi jujur dan lepas.

“Terkadang kami merasa tersiksa pada siklus monoton yang belum tentu kami sepakati sejak awal,” tulis mereka dalam press rilis.

Estetika Absurd, Simbol “Bo’ol Ayam” dalam Narasi Egg Punk

(sumber foto: Instagram @mediocreklub)

Cover EP yang menampilkan gambar bagian belakang ayam disebut “bo’ol ayam” menjadi simbol tak biasa. Visual ini, yang digarap langsung oleh Gense, menjadi metafora kelahiran egg punk, sekaligus bentuk ejekan terhadap hidup yang sial namun terus berjalan.

Baca Juga: Hari Tari Sedunia, Jowo Line Dance Rayakan dengan Menari dan Nembang Bersama Lansia

Bagi Mediocre Klub, seni tidak harus selalu berat. Kadang, dari sesuatu yang konyol dan menjijikkan, justru lahir karya yang paling jujur.

Menjadi Biasa Itu Juga sebagai Bentuk Perlawanan

Mediocre Klub tidak mencoba jadi keren atau menjual citra. Mereka hadir sebagai pernyataan bahwa jadi biasa pun bisa jadi bentuk perlawanan, apalagi saat dunia menuntut kita selalu terlihat sukses. Dalam kekacauan, mereka bermain musik untuk tetap waras. Dalam kesialan, mereka menertawakannya dan menjadikannya lagu.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *