|

SWARGO: Swanten Patirtaan Ngawonggo, Inisiatif Mahasiswa UMM Hidupkan Kembali Budaya Jawa di Situs Bersejarah

swargo
default

MALANG, MOREARTMOREIT — Suasana khas Jawa tempo dulu kembali hidup di Situs Patirtaan Ngawonggo, Kabupaten Malang, dalam gelaran budaya yang di usung Mahasiswa UMM bertajuk SWARGO: Swanten Patirtaan Ngawonggo. Kegiatan ini merupakan hasil inisiatif Arture, kelompok Publi

c Relations dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang berkolaborasi dengan pengelola situs budaya tersebut.

swargoPotret Keseruan Acara Swargo (Sumber Foto : Istimewa)

Keseruan Acara SWARGO

Mengusung konsep kampung Jawa era 1800–1900-an, SWARGO menghadirkan serangkaian aktivitas budaya yang sarat nilai edukasi dan pelestarian tradisi. Pasar rakyat menjadi salah satu daya tarik utama dengan sistem transaksi unik menggunakan uang bambu (pring). Produk yang tersaji seluruhnya berasal dari warga lokal, mulai dari jajanan tradisional, hasil pertanian, buah-buahan, hingga kerajinan tangan.

Antusiasme masyarakat terhadap acara ini sangat tinggi. Dari target awal sebanyak 135 peserta, jumlah pengunjung yang hadir membeludak hingga mencapai lebih dari 250 orang. Hal ini menjadi bukti bahwa ketertarikan terhadap budaya lokal masih kuat, terlebih ketika terkonsep secara kreatif oleh generasi muda.

Baca Juga : Jepret Swargo: Membangkitkan Potensi Budaya Kampung Ngawonggo Melalui Lensa Fotografer

Apresiasi DISPARBUD Kabupaten Malang Untuk Acara SWARGO

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Hartono, yang turut hadir dalam acara, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan SWARGO. Ia menyebutkan bahwa kesadaran budaya di kalangan generasi muda saat ini mulai menurun, dan kegiatan semacam ini menjadi jawaban atas kekhawatiran tersebut.

“Saya bersyukur melihat acara seperti ini digagas oleh anak-anak muda. Ini menunjukkan bahwa masih ada generasi yang sadar dan peduli terhadap budaya lokal serta adat istiadat kita,” ungkap Hartono.

Ia juga menyoroti pentingnya pelestarian bahasa dan seni tradisional. Kehadiran sesi sinau aksara Jawa dan sinau membatik dalam acara ini nilainya sangat relevan dengan upaya menjaga warisan budaya agar tidak punah.

“Bahasa Jawa, misalnya, sangat rentan terlupakan. Maka dari itu, adanya pelatihan aksara Jawa dan batik di SWARGO ini menjadi langkah nyata pelestarian yang patut mendapat apresiasi,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Hartono menyatakan bahwa pasar tradisional yang dihadirkan bukan hanya menarik dari sisi budaya, tapi juga memberi dampak langsung pada perekonomian warga. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk pemberdayaan ekonomi lokal yang efektif, terlebih karena diinisiasi oleh mahasiswa.

Baca Juga : Pameran Seni Keramik ‘ Genggaman ‘ Adakan Artist Talk ” Indonesia Ceramics Art : Now and in The Future” Bersama Seniman Keramik Professional di Studio Matahati

“Yang paling istimewa, kegiatan ini sepenuhnya terinisiasi oleh mahasiswa. Ini belum pernah ada di Malang. Harapannya, kegiatan seperti SWARGO ini bisa terlaksana secara rutin—baik mingguan, bulanan, atau tahunan,” tambahnya.

Rentetan Keseruan Acara SWARGO

Selain pasar rakyat, SWARGO juga menampilkan berbagai kegiatan budaya lainnya. Pengunjung juga mengenal budaya lebih dalam melalui sinau aksara Jawa bersama Mba Nana, sinau membatik bersama Mash Bhre dari Bhrethumapel, dan sinau harpa mulut Indonesia bersama Mas Bejo dari Galeri Bejo.

Tidak hanya itu, pertunjukan seni juga menjadi highlight acara. Pertunjukan karawitan tradisional Jawa oleh Padepokan Seni Mangundharma Tumpang asuhan Pak Soleh berhasil memukau pengunjung dengan alunan gamelan yang kental nuansa klasik. Kemudian dengan pertunjukan harpa mulut Indonesia oleh Mas Bejo, yang menghadirkan bunyi-bunyian unik dan ritmis dari alat musik tradisional yang kini mulai langka. Kedua pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana mengenalkan kekayaan musik tradisional Nusantara kepada generasi muda.

Acara ini juga turut menghadirkan Joko Roro Kabupaten Malang serta Putra-Putri Kampus UMM, yang menambah semarak suasana sekaligus memperkuat kolaborasi antar generasi dalam pelestarian budaya.

Melalui SWARGO, mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM tidak hanya mengasah kompetensi event management, tetapi juga menunjukkan keberpihakan mereka terhadap pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat. Mendapat dukungan dinas, seniman, dan komunitas lokal, SWARGO diharapkan dapat menjadi agenda budaya yang berkelanjutan, serta menjadi contoh peran aktif generasi muda dalam merawat kearifan lokal. (Penulis: Wita)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *