Kampung Budaya Polowijen, Malang, Jawa Timur.

MOREART-MOREIT-Kampung Budaya Polowijen, sebuah warisan budaya yang kaya akan tradisi dan kearifan lokal, dengan menunjukkan keberlanjutannya di tengah arus modernitas yang kian mengglobal. Demi mempertahankan identitas budaya yang khas, warga Polowijen terus menjaga dan mengembangkan warisan nenek moyang mereka.

Kearifan  lokal  dan  tradisi  yang  terjaga  di  Polowijen  membuatnya  ditetapkan sebagai Kampung Budaya pada tahun 2017. Daya tarik kampung ini meliputi seni tari  topeng,  seni  kriya  seperti  pembuatan  topeng  dan  batik  tulis,  serta  lukisan. Walikota  Malang  meresmikan  kampung  ini  sebagai  destinasi  wisata  budaya dengan  pendirian  pasar  topeng  pada  tahun  2018.

Sebagai bukti nyata dari keberlanjutan tersebut, Kampung Budaya Polowijen telah mengadopsi berbagai inovasi modern dalam upaya mempromosikan kearifan lokal mereka. Upaya yang dilakukan telah merambah ke media sosial seperti YouTube dan Instagram. 

Dikutip dari laman Kelurahan Polowijen, tujuan pendirian kampung ini  adalah  untuk mengembangkan   dan   melestarikan   budaya   asli   Polowijen   sebagai   warisan leluhur. Memasuki Era Modernitas Kampung Budaya Polowijen merasakan adanya perbedaan baik itu antara tarian dan musik.

Menurut Sugianto warga asli Kampung Budaya Polowijen, “Termasuk seimbang, kampung ini ada di tengah-tengah ya tetap di jaman dulu dan jaman now, kaya musik biasanya gending dipadukan sama alat-alat yang terbaru tapi kalau tari ga bisa,” ujarnya.

Tak hanya itu, Kampung Budaya Polowijen juga terus mendorong generasi muda untuk terlibat aktif dalam mempertahankan budaya mereka. Melalui program-program edukasi dan pelatihan, anak-anak muda diajak untuk belajar tentang sejarah, seni, dan tradisi lokal, serta diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan budaya.

“Perannya anak muda di KBP ini ya latihan tari, kadang batik. Kalau belajar tari itu biasanya di hari Sabtu dan batiknya sementara kalau ada waktu tertentu saja,” tambah Sugianto.

Ada tantangan yang tak terhindarkan. Arus modernisasi membawa perubahan yang cepat, dan Kampung Budaya Polowijen harus berani beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya. Bagaimana mereka bisa menjaga tradisi sekaligus tetap relevan di era yang terus berubah.

Melyn, salah satu pengunjung mengungkapkan, “Ini sangat bermanfaat buat anak muda ya, saya lihat di TikTok tentang kampung ini menurut saya juga menarik untuk menambah pengetahuan di kota Malang ya,” ujarnya senang.

Meskipun dihadapkan dengan tantangan dari kemajuan teknologi dan perubahan sosial, Kampung Budaya Polowijen terus kokoh berdiri sebagai penjaga kearifan lokal yang tak ternilai harganya. Keinginan yang kuat untuk melestarikan warisan nenek moyang, mereka berhasil menghadirkan wujud keberlanjutan yang inspiratif di tengah era modernitas yang terus berkembang.

“Saya sama minta tetap dilestarikan sesuai jaman sekarang, budaya itu kan baik buat kedepannya ya itu dikembangkan dan dilestarikan,” ujar Sugianto.

Melindungi warisan nenek moyang mereka bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan kerja keras dan kolaborasi antar generasi, warga yakin bahwa Kampung Budaya Polowijen akan tetap bersinar dalam panorama budaya Indonesia.

Keberlanjutan budaya bukanlah sekadar tentang mempertahankan masa lalu, tetapi juga tentang menghadapinya dengan bijaksana di masa kini, demi membangun masa depan yang lebih baik. Adanya kontribusi positif Kampung Budaya Polowijen menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi siapapun yang ingin merasakan keajaiban budaya Malang.